Minggu, 27 September 2015

Kisah haru mantan napi jadi tukang bubur

Kisah haru mantan napi jadi tukang bubur

Bubur di Jakarta. 
Merdeka.com - Tidak ada yang istimewa dengan nama Hendri Suwandi (44) seorang tukang bubur yang sekarang tinggal di sebuah kontrakan, daerah Cibubur. Siapa sangka bapak dengan tiga orang anak ini pernah menulis buku yang berjudul 'Ketika Tuhan pun Dipenjara' yang menceritakan kehidupan masa kelamnya dulu.

Hendri, pria asal Sukabumi pernah merasakan pengalaman dijebloskan ke penjara selama tiga setengah tahun pada tahun 2000-an karena menggunakan narkoba, bahkan menjadi bandarnya. Hendri yang pernah mendaftar masuk ke perguruan tinggi negeri di Bandung menjelaskan awal mula ia menjadi bandar akibat frustasi setelah kematian ayahnya.

Komunikasi yang tidak baik dengan sang ibu dan kepergian sang ayah membuat dia kehilangan arah sehingga narkoba menjadi pelarian rasa frustasinya.

Setelah bebas Hendri bertekad untuk memperbaiki kehidupannya yang kacau, dia berhijrah ke Bekasi dan menjadi tukang bubur meskipun menurut kakak ipar dari Hendri mengatakan Hendri tidak cukup pandai membuat bubur. Namun niat ingin berubah dan demi menghidupi keluarga menetapkan hati untuk belajar membuat bubur ayam

"Ya dengan hidup yang keras kayak sekarang saya jadikan ini sebagai muhasabah diri aja," kata Hendri saat ditemui merdeka.com, Rabu (30/9).

Anak kedua Hendri, bernama Afnis Betaviana Putri Soleha atau dipanggil Icha menurunkan bakat menulis sang ayah. Icha yang tinggal bersama nenek dan paman bibinya tinggal di Jatibening, Bekasi sangat dekat dengan Hendri.

"si Icha mah deket banget sama bapaknya, apalagi kalau lagi cerita-cerita," jelas bibi Icha, Nurbaiti di kediamannya di Jatibening.

Sayangnya akibat dari mengonsumsi narkoba, Hendri saat ini sudah tidak jualan bubur ayam karena fisik tidak memungkinkan untuk bekerja banyak menggunakan tenaga. Dia kini lebih banyak menjaga rumah dan anak-anaknya.

"Sekarang mah dia jagain anak aja, jadi istrinya yang kerja," beber Nurbaiti.

Saat ditanya melalui telepon, Hendri mengaku selalu berdoa agar keluarganya bisa mandiri dan tak mengulangi kesalahannya dulu. "Saya selalu doa perjalanan kelam saya dahulu tidak akan terulang kepada keluarga, khususnya terhadap ketiga anak saya," aku Hendri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar