Sabtu, 11 Juni 2016

Membaca Alam Mendengarkan Hati Melalui Rafting bersama Yayasan Al Amin

Smait.sch.id - Setiap fase kehidupan terprogram untuk berjalan dan sementara tinggal. Namun tak berarti tak setia pada tujuan, hanya sejenak kembali mengenal diri, memahami hati untuk selalu sejalan dengan pikiran yang luhur. Teruskan dan selalu teruskan, karena pijakan-pijakan itu akan  merekam kesungguhan yang sejati ada dalam diri.

    Liburan telah tiba. Sejenak membiarkan hati dan pikiran untuk beristirahat. Mengingat dan menghitung kembali apa yang telah dilakukan. Apakah hanya sekedar upaya menggugurkan kewajiban, ataukah sudah mulai pelan-pelan tertancap menjadi sumber kebahagian hati.

    Namun, tak juga sepenuhnya sebagai waktu untuk menempatkan diri pada kondisi aman. Justru merupakan titik balik dari setiap hal yang telah dilalui dan puncak untuk merefleksi diri. Pantaskah kita untuk naik kelas?

    Ya, sebutan naik kelas tidak hanya untuk peserta didik yang juga mengalami fase yang sama, bahkan pada para pendidik pun merupakan waktu yang tepat untuk kembali mempertanyakan pada diri mengenai keikhlasan, tanggungjawab maupun upaya untuk memaksimalkan kemampuan diri. 

"Meskipun diri terbatas, namun justru dari keterbatasan itu perjuangan dan pengorbanan ternilai".

    Saya sedang bertanya pada diri, tersadar akan beberapa hal yang lalai, ini bukan karena keterbatasan kemampuan. Mencoba kembali bersahabat dengan hati dan mendengar bisikan-bisikan kecil yang terpatah-patah keluar darinya.

    Kesempatan kali ini sejalan dan mendapatkan jalan dengan adanya program wisata alam Rafting Di Kasembon Desa Bayem Malang Wilayah Barat. yang diadakan Yayasan Al Amin, terkhusus sebagai salah satu keluarga besar dari SMA Islam Temayang. 

Yes, dalam hati meraih kesempatan ini dan berjanji akan digunakan untuk benar-benar belajar dari ketidaktepatan sikap, keputusan dan ucapan yang terdahulu. Meski hati sedikit berbisik, “sungguh kamu berani untuk mengikuti rafting ?” dengan sedikit ragu diri menjawab “saya mau mengambilnya” dengan berusaha menutup hati kecil  agar bisikan-bisikan ketakutan itu tak sampai padanya.
    Luar biasa…. Tak hanya keseruan yang terwakili dari setiap teriakan yang keluar. Namun kali ini, ada teriakan yang juga senada dari hati. Ini benar-benar petualangan yang menyenangkan dan menantang. 

Aliran  air yang tak terlalu dalam namun cukup menawarkan ketakutan terbawa olehnya. Kadang deras dan berbatu, kadang tenang menenangkan. Tak sedikit hati bertanya-tanya apa yang terjadi setelah ini, siapkah? Mampukah? namun satu hal yang terpatri lalui, hadapi dan nikmati. Mengikuti arus namun jangan terbawa olehnya, karena kita punya tujuan.

    Pembagian tim, mengajarkan diri bahwa kita tak selalu berada pada kondisi dengan orang-orang sama dengan sebelumnya, tak harus dengan orang ternyaman yang kita miliki. Namun siapa saja bisa hadir untuk menyelipkan ujian hati seberapa kita mampu menahan ego. 

Seberapa kita mau menghargai siapapun mereka yang ada agar kita tetap maju tanpa ada yang tersingkirkan, kita tetap menang tanpa ada yang dikorbankan.
Batuan dan arus yang tak terduga mengajarkan bahwa diperlukan segala kesiapan hati, pikiran dan tindakan untuk selalu menghadapi dan mengambil keputusan yang tepat agar kita tidak terkalahkan oleh keadaan. Halangan dan segala kesulitan tidak membuat kita berhenti, justru kesempatan untuk memunculkan kreatifitas untuk membiasakan diri berfikir dan bersikap "out of the box"

Serta satukan hati,pikiran dan tindakan dengan tim work agar kita tidak terbawa pada arus yang bisa menjauhkan kita pada tujuan yang utama.
Luar biasa, tak berhenti hati dan bibir ini kompak untuk meneriakannya. Karena ini lebih dari sekedar bersenang-senang. Namun lebih pada kesempatan untuk meraba hati dan pikiran kita, serta untu menguatkan tekad kembali untuk melanjutkan langkah demi langkah menuju tujuan yang telah tertata. Belajar pada kesalahan agar lebih bertanggungjawab, ikhlas dalam menjalani setiap hal. (smait.sch.id/Devy)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar